Tak seperti di tanah air ataupun
 di negara-negara lainnya, di Arab Saudi terutama di Mekkah dan Madinah 
kita tidak akan menemukan kaum wanita yang bekerja di luar rumah, 
misalnya di toko ataupun kantor-kantor pemerintahan. 
Kaum wanita di kedua kota ini 
lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk mengurus rumah tangga 
dan anak-anak mereka. Para pria lah yang sepenuhnya mengambil alih tugas
 sebagai kepala keluarga dengan bekerja.
Namun demikian ada juga kaum 
wanita yang bekerja sebagai pedagang tapi bukan di toko-toko melainkan 
sebagai pedagang emperan (pedagang kaki lima) yang menggelar dagangannya
 di sekitar Masjid Nabawi Madinah maupun di sekitar Masjidil Haram 
Mekkah. Sebagian besar dari mereka adalah para pendatang dari luar Arab 
Saudi yang menggantungkan hidupnya dengan menjadi pedagang di kota suci.
Moidin, pedagang Toko Al-Rabia 
Shop di Kota Madinah saat berbincang dengan saya, akhir bulan Januari 
lalu mengatakan, kaum wanita di Arab Saudi terutama di Kota Madinah dan 
Mekkah tidak ada yang bekerja, kecuali sebagai perawat di rumah sakit.
"Mereka hanya bekerja sebagai 
perawat atau dokter di rumah sakit. Jadi tidak ada wanita yang bekerja 
disini," kata Moidin, warga India yang sudah bertahun-tahun menetap di 
Arab Saudi.
Penghargaan terhadap kaum wanita juga dialami langsung wartawan Tribunnews (saya)
 saat hendak membeli simcard Arab Saudi provider STC di counter STC di 
Kota Madinah. Ditemani mutawif (guide/pemandu) Ustad Fahmi, saya 
mendatangi counter STC. 
Saat itu antrean cukup banyak 
dipenuhi kaum pria yang sebagian besar adalah para pendatang yang 
kebetulan sedang melaksanakan ibadah umroh di tanah suci. Sama seperti 
saya, mereka pun hendak membeli simcard STC untuk digunakan sebagai alat
 komunikasi selama berada di tanah suci.
Ustad Fahmi kemudian menyarankan
 saya untuk maju kedepan antrean dan melewati para lelaki yang sedang 
mengantre. Menurut Ustad Fahmi, jika perempuan yang mengantre maka akan 
didahulukan oleh petugas provider.
Benar saja, begitu saya melewati
 para pengantre yang semuanya adalah para lelaki dan mengatakan "simcard
 please" kepada petugas counter sambil menunjukkan ID card umroh, sang 
petugas langsung memanggil dan mengambil ID card saya dan langsung 
melayani pembelian simcard dengan terlebih dahulu meregistrasi identitas
 saya.
Tak ada komplain ataupun protes 
dari para pengantre yang sudah terlebih dahulu mengantre di counter itu 
karena mereka juga menyadari bahwa di Arab Saudi, wanita selalu 
dihormati dan diprioritaskan dalam segala hal.
Dewi Agustina ke Kota Mekkah dan Madinah
Lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Dengan paradigma yang dilontarkan barat melalui kaki tangannya (baca : antek penjajah) di bumi pertiwi, secara tidak sadar Indonesia telah terbawa dalam budaya barat yang mengagungkan kebebasan. Namun ironisnya kebebasan tersebut ternyata telah menyalahi kodrat wanita sebagai makhluk yang paling mulia.
Pihak barat tentu sangat ingin agar para wanita keluar rumah, berkarir sehingga melupakan anak generasi muda atau anaknya. Tidaklah heran juga dengan tanpa penuh kasih sayang orang tua mengapa sekarang banyak anak pelajar yang suka tawuran menggunakan narkoba dll.
Semoga perjalanan ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua terutama para pengagum barat agar tidak secara mentah-mentah menelan segala informasi dan keindahan barat jika ternyata bertentangan dengan kodrat wanita.
Bagikan
Betapa Dihargai dan Dihormatinya Wanita di Arab Saudi (Catatan Perjalanan Wartawan Tribun)
4/
5
Oleh 
Munawaroh
